Keajaibanalam.Com,Malawi,– Relokasi ratusan gajah di hutan lindung di Malawi dilakukan untuk memberikan harapan baru ke negara-negara di Afrika bagian selatan ini. Namun, warga setempat mulai mengalami rasa sakit setelah kawanan gajah menjauh.
Warga yang merasa sakit mengeluh sakit kepala, badan lemah, dan nyeri. Dituduh mendalangi lalat tsetse, yang membuat status kesehatan penduduk telah memburuk.
Tsetse memang hidup berdekatan dengan gajah sebagai simbiosis mutualisme. Seorang warga setempat, Chiomba Njati, mengeluh tentang penyakitnya membuatnya tidak untuk mendukung keluarga.
Pada kenyataannya, Njati mengaku seminggu di rumah sakit. Namun, kondisinya masih lemah.
Saya merasa sangat lemah, saya bahkan tak bisa menanam, padahal kami kekurangan makanan.
Jumlah tsetse lalat laporan, pada kenyataannya melonjak sejak 2015, ketika gajah makan dan hutan lindung lainnya, Nkhotakota hewan. Dokter di rumah sakit setempat, Janelisa, menekankan perlunya untuk mengontrol jumlah lalat.
Satu lalat tsetse saja bisa menginfeksi banyak orang sekaligus. Jadi seharusnya kita tidak main-main menghadapi ini.
Sementara itu, manajer kawasan lindung, David Robertson mengakui masalah lalat tsetse semakin meresahkan karena 2015. Ia menganggap cukup ironis karena ia didampingi oleh keberhasilan hutan dalam peningkatan populasi hewan.
“Dengan peningkatan hewan, maka salah satu dampak juga meningkatkan lalat tsetse,” katanya.
Untuk mencegah penyakit karena Tsetse, pengelola kawasan lindung setuju untuk melakukan kontrol. Langkah-langkah yang diambil sehingga jumlah lalat tsetse semakin berbahaya.
tsetse lalat peyakit adalah vektor trypanosomiasis. Untuk menjadi bahaya terganggu, warga Malawi direkomendasikanmenyiapkan pestisida dan perangkap yang menarik lalat tsetse.