Keajaibanalam, Info Kesehatan – Gejala yang dimunculkan oleh malaria tampak cukup mirip dengan chikungunya dan demam berdarah dengue (DBD) sehingga kadang sulit dibedakan. Salah satu gejala yang sama adalah demam yang muncul. Namun ada perbedaan yang harus diketahui masyarakat.
Dokter spesialis penyakit dalam sekaligus konsultan penyakit tropik infeksi Erni Juwita paparkan perbedaan gejala dari ketiga penyakit itu.
“Nyamuk itu berpotensi bawa patogen (agen yang sebabkan infeksi). Persamaan gejala ketiga penyakit yang paling banyak adalah demam. Gejala malaria ditandai dengan demam sekaligus menggigil,” jelas Erni dalam siaran langsung di Siaran Radio Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.
Untuk kasus malaria, ada gejala klasik atau yang dikenal dengan sebutan trias malaria. Seseorang yang alami trias malaria ditandai dengan kondisi menggigil, bahkan sampai sebabkan tempat tidur ikut bergoyang.
“Ini terjadi karena parasit malaria masuk ke dalam darah. Parasit jadi benda asing di dalam darah,” lanjut Erni.
Sementara demam yang jadi gejala chikungunya berupa demam yang tinggi dan akut disertai nyeri tulang.
“Rasanya itu kayak tulang dipatahin,” Erni yang berpraktik di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) catat, chikungunya adalah penyakit virus yang ditularkan ke manusia oleh nyamuk Aedes. Gejala chikungunya berupa demam dan nyeri sendi parah, yang seringkali melemahkan sendi.
Nyeri sendi pun dapat bertahan selama beberapa bulan bahkan bertahun-tahun. Gejala lain meliputi nyeri otot, sakit kepala, mual, kelelahan, dan ruam.
Gejala demam pada DBD termasuk demam akut yang mendadak. Demam tinggi disertai keringat yang banyak dan sakit kepala. Berbeda dengan demam malaria yang dibarengi kondisi tubuh menggigil. DBD jarang sebabkan menggigil.
“DBD ini bisa mendadak terjadi. Misalnya, Anda di pagi hari asyik berolahraga. Nah, siang nanti kok tiba-tiba suhu badan naik dan terserang demam,” papar Erni.